Novel
“Merantau ke Deli” Karya Hamka
A.
Identitas Buku
1. Judul Buku : Merantau ke Deli
2. Penulis : Hamka
3. Penerbit : Bulan Bintang
4. Tahun Terbit : 1977
5. Kota Terbit : Jakarta
B.
Sinopsis
Merantau
ke Deli merupakan realitas yang terjadi pada zaman kolonial. Deli adalah tempat
di daerah Sumatera Utara yang memiliki lahan luas sebagai tempat utama
perkebunan tembakau. Tentu dalam fakta sejarah dituliskan para pekerja yang
terdapat dalam perkebunan tersebut adalah perantau dari luar Sumatera, yakni
orang-orang Jawa dan Cina.
Hamka
menuliskan bagaimana kehidupan yang dirasakan para pekerja di perkebunan yang
sungguh miris dengan kondisi yang serba kritis. Hanya sedikit orang-orang
perkebunan yang bernasib mujur dapat menjadi mandor, assistant, bahkan nyai.
Poniem
adalah salah satu pekerja yang beruntung tersebut. Wajahnya yang sedikit cantik
membuat ia dipelihara oleh Belanda dengan menjadi nyai. Sebuah istilah yang
menyatakan bahwa ia simpanan Belanda. Poniem memang sebatang kara dan bodoh
kala tiba di Deli ia hanya pasrah dengan nasib. Kehidupan sebagai seorang nyai
hanya melayani sang tuan saja, seorang nyai tak harus dijadikan istri. Ibarat
pepatah ia hanya madu yang dihisap manisnya saja.
Kepasrahan
Poniem lantas mempertemukan dia dengan Leman, pedagang Minang yang jatuh hati
dengan Poniem. Walau ia telah menjadi nyai, namun Leman tetap bertekad untuk
menjadikan Poniem sebagai istri yang sah. Poniem menolak ajakan Leman
untukmenikah karena ia malu dengan status nyai yang ia sandang. Sebaliknya,
Leman yang memang telah jatuh hati nekad untuk menanti jawaban Poniem. Singkat
cerita Poniem menerima cinta Leman dan keluar dari perkebunan Deli untuk
menikah. Seusai menikah keduanya mencoba memulai kehidupan dengan berdagang,
jalan terjal dalam membangun bahtera rumah tangga ditengah himpitan ekonomi
kadang membuat Leman putus asa. Dalam hal ini, Poniem lah yang mampu membawa
suasana dalam bahtera rumah tangga tersebut menjadi hidup. Poniem dengan budaya
Jawanya memiliki kesetiaan sedarah dengan sang suami. Keduanya saling bahu membahu hingga akhirnya
ekonomi mereka membaik bahkan maju. Usaha mereka dibantu oleh teman Poniem yang
melarikan diri dari Deli. Kemajuan pesat inilah yang lantas mengundang sacara
tiba-tiba sanak saudara Leman, tentu hal ini menjadi kebanggaan keduanya ketika
kemahsyuran mereka telah terdengar hingga kampung asal Leman di Minangkabau.
Latar
belakang Poniem yang berasal dari Jawa dianggap asing oleh keluarga Leman. Bagi
orang Minangkabau, belum dianggap menikah jika menikah bukan dengan orang
Minang. Di tambah lagi Poniem adalah buruh yang tak jelas asal-usul
keluarganya. Hal inilah yang menjadi pisau untuk membuat celah dalam keluarga
Leman. Pada mulanya, keluarga menyayangkan pernikahan Leman yang tidak berjodoh
dengan orang Jawa, lantas dilanjutkan dengan asal-usul keluarga yang tak jelas.
Akhirnya, pihak keluarga Leman menyuruh Leman menikah lagi dengan wanita Minang
pilihan keluarganya. Leman awalnya menolak, namun ia ragu dan akhirnya menerima
usulan tersebut. Lain halnya dengan Poniem yang menolak pernikahan kedua
suaminya, ia hanya bisa mengelus dada karena memang tak punya kuasa.
Pernikahan
tersebut berlangsung, Leman membawa istri barunya ke Medan tinggal bersama
dengan Poniem. Maka terjadilah konflik diantara kedua wanita itu. Poniem yang
dipandang sebelah mata oleh istri muda memang tak mendapat perhatian dari
Leman. Konflik memuncak kala Poniem bersitegang dengan istri muda dan akhirnya
Leman lebih memilih istri mudanya dan menceraikan Poniem.
Poniem
pun hidup sebatang kara dan terusir dari rumah yang dibangun bersama, mengingat
hal itu membuat Poniem kian terluka dengan nasibnya. Bersama teman sejawatnya,
Paijo, Poniem lebih memilih untuk membuka usaha baru menjauh dari Medan untuk
melanjutkan hidupnya. Berbekal pengalaman dan keuletan bersama usaha mereka pun
maju pesat, sebaliknya Leman yang ditinggal sang istri pertama mulai merasakan
pahit akibat tidak mampu mengatur perdagangannya. Akhirnya Leman pun bangkrut dan
diakhir cerita Poniem menikah dengan Paijo.
No comments:
Post a Comment