Novel
“Katak Hendak Jadi lembu” Karya N. St. Iskandar
A.
Identitas Buku
1. Judul Buku : Katak Hendak Jadi Lembu
2. Penulis : N. St. Iskandar
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Tahun Terbit : 1993
5. Kota Terbit : Jakarta
B.
Sinopsis
Novel
ini menceritakan seorang Suria, dia seorang laki-laki yang sangat angkuh,
kasar, pongah, dan suka berfoya-foya. Suria menikah dengan Zubaedah, awalnya
Ayah Zubaedah (Haji Hasbullah) tidak menghendaki pernikahan putrinya dengan
Suria itu. Namun, karena yang meminta
adalah sahabatnya (Haji Zakaria) sendiri untuk menikahkan putrinya
dengan Suria, maka ia pun menerima permintaan sahabatnya itu.
Orang
tua Suri meninggal dunia maka makin parah lah sifatnya. Suria suka berfoya-foya
dengan menghabiskan harta warisan orang tuanya sampai tidak memperhatikan
Zubaedah. Selama tiga tahun Suria meninggalkan istrinya yang sedang mengandung
sampai melahirkan anak pertama mereka, yaitu Abdulhalim. Setelah Abdulhalim
lahir, Suria kembali dan meminta maaf pada Zubaedah karena telah meninggalkannya,
kembalinya Suria karena harta warisan Ayahnya sudah habis. Permohonan maaf itu
dikabulkan Zubaedah dengan harapan suaminya benar-benar menyesal dan tidak akan
melakukan hal semacam itu lagi.
Sifat
Suria berubah menjadi lebih bertanggungjawab dan membaik. Dia bekerja di
Residenan Kabupaten. Ia menjadi seorang juru tulis yang berpenghasilan
pas-pasan yang tentunya tidak cukup untuk menghidupi anak dan istrinya. Anak
pertama mereka, yaitu Abdulhalim akhirnya disekolahkan oleh orangtua Zubaedah.
Lama-kelamaan sifat buruk Suria kembali muncul, ia menjadi angkuh dengan merasa
dirinya adalah bangsawan. Suria tak ingin kalah dengan mertuanya yang bisa
menyekolahkan anak pertamanya, maka ia menyekolahkan anak keedua ketiganya,
yaitu Saleh dan Aminah di sekolah HIS Bandung. Sebenarnya, Zubaedah kurang
setuju dengan penempatan anaknya di HIS itu karena biayanya sangat besar. Untuk
makan saja mereka susah, apalagi ditambah tanggungan anak-anaknya yang sekolah
di HIS. Tetapi, Suria tetap tenang-tenang saja. Dia merasa menjadi roang yang
disegani dan diihormati di kampungnya sehingga ia menyekolahkan anak-anaknya di
HIS agar dipandang orang kaya oleh tetangga-tetangganya.
Mengingat
bahwa biaya sekolah Saleh dan Aminah di HIS tidaklah kecil, Zubaedah sering
mengirim surat kepada orangtuanya agar mau mengirimkan uang untuk membayar
sekolah anaknya, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, dan untuk membayar
hutang-hutangnya. Tetapi, Zubaedah rikuh untuk meminta kepada kedua orangtuanya
terus-terusan. Anehnya, Suria tetap saja tenang. Hampir setiap hari, penagih
hutang mendatangi rumahnya. Zubaedah sangat pusing menghadapi dan bingung
menghadapi mereka sehingga ia seringkali meminta anaknya atau pembantunya
berkata bahwa ia sedang tidur atau tidak berada di rumah. Zubaedah memutuskan
untuk berhemat, walaupun keputusan itu sangat ditentang oleh suaminya yang
gemar hidup foya-foya tanpa memikirkan kehidupan keluarganya.
Suria
yang tidak suka dengan keputusan Zubaedah mempunyai cara sendiri untuk menambah
penghasilannya dengan melamar pekerjaan yang lebih rendah jabatannya, namun
lebih besar gajinya. Saingan dalam melamar pekerjaan itu adalah pegawai baru
yang magang beberapa bulan di kantornya. Terlihat sekali bagaimana cakap dan
uletnya pegawai baru itu. Semua orang menyanjungnya, kecuali Suria. Ia tidak
suka dengan pegawai baru bernama Kosim itu. Suria sangat percaya diri bahwa
yang akan diterima dalam pekerjaan yang sedang ia lamar adalah dirinya, bukan
Kosim sehingga ia berani mengikuti dan membeli barang-barang yang dilelang
atasannya dengan berhutang.
Pada
saat pengumuman penerimaan pegawai baru terdengarlah bahwa Kosim yang menduduki
jabatan itu, Suria sangat kecewa sehingga ia sangat tidak semangat dalam
bekerja. Kosim tidak hanya membuatnya gagal melamar jabatan itu, ia juga akan
menikah dengan seorang anak gadis dari seorang Haji desa Rancapurut yang snagat
ingin dinikahinya, walaupun ia sudah memiliki anak istri.
Pekerjaan
Suria pun berantakan yang membuat ia dipanggil atasannya dan diberhentikan dari
pekerjaannya karena ia ketahuan memakai uang kas kantor untuk membayar
hutang-hutangnya. Setelah berhenti bekerja, Suria melelang barang-barang milik
Zubaedah. Mereka akan tinggal bersama Abdulhalim dan istrinya di Bandung. Hasil
lelangnya mereka gunakan untuk membayar sisa hutang dan ongkos untuk ke
Bandung. Abdulhalim dan istrinya senang mereka dapat berkumpul disitu. Namun,
sifat buruk Suria kembali muncul dengan mengatur semua keperluan rumah itu.
Abdulhalim ingin menegurnya, namun ia takut dicap sebagai anak durhaka. Hingga
akhirnya istri Abdulhalim mengatakan bahwa ia sudah tidak sanggup lagi dengan
perangai mertuanya. Zubaedah yang mendengar percakapan Abdulhalim dan istrinya
merasa terkejut bahwa ia dan suaminya telah merepotkan mereka.
Zubaedah
jatuh sakit dan meninggal dunia. Setelah kematian istrinya, Suria merasa
bersalah kepada semuanya. Semua orang mulai dari anaknya hingga mertuanya
mengatakan kepadanya bahwa kematian Zubaedah karena sifat Suria yang tak
kunjung bisa menjadi laki-laki dan sosok suami yang baik budi pekertinya
sehingga Suria marah kepada semuanya dan meninggalkan rumah Abdulhalim.
No comments:
Post a Comment