Wednesday, January 2, 2019



Novel “La Hami” Karya Marah Rusli
A. Identitas Buku
1. Judul Buku              : La Hami
2. Penulis                     : Marah Rusli
3. Penebit                    : Balai Pustaka
4. Tahun Terbit            : 1953
5. Kota Terbit              : Jakarta
B. Sinopsis
Novel ini mengisahkan La Hami, putra angkat dari Ompu Keli dan Istrinya yang tengah disuruh untuk bertandang ke Gunung Donggo. Perjalanan La Hami mengendarai kuda sumba dengan senjata parang, tombak, panah, jerat, dan tanpa membawa bekal makanan. Dalam perjalanannya La Hami melalui Sanggar, di Sanggar La Hami disambut baik oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makananan olehnya.
Selain perjalanan menuju Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan menuju Bima. Dalam perjalanan menuju Bima, La Hami mengalami beberapa halangan, La Hami turun dari Gunung Soromandi ke Bima tanpa menunggang kuda. Ketika menyeberang menuju Bima, La Hami ikut nelayan yang bernama Kifa dan menginap di rumahnya. Kebetulan di tempat tinggal Kifa tengah ada perayaan Maulid Nabi dan upacara perayaan Sirih Puan yang diramaikan dengan permainan kuraci (berpukul-pukulan badan dengan rotan) dan permainan bersepak kaki. Setelah mencoba beberapa permainan, La Hami pamit untuk pulang.
Malam hari Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asal usulnya. Di ceritakan 24 tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di negeri Sumbawa adalah Raja Ahong atau Ompu Keli dan didampingi sang istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa adalah Sultan Badrunsyah. Kepergiannya karena saat itu keadaan tidak stabil. Terjadilah fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan, ia bekerja sama dengan Ponto Wanike, seorang pimpinan pajak dari Pulau Ragi.
Pada suatu hari, Ompu Keli memancing ikan di pantai, disitulah Dewa mendengar tangisan bayi. Setelah didekati ternyata seorang bayi laki-laki berumur sekitar satu bulan yang diletakkan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang baik anyamannya. Berkalungkan dokoh yang terbuat dari emas, berselimutkan sutera bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Di bawanya pulang dan diberi nama La Hami, Putri Nakia merasa senang karena selama ini tak berketurunan.
Terdengar kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ahong yang menyingkirkan diri dari Sumbawa kini ada di pantai Sanggar dan mengganti namanya menjadi Ompu Keli, hal menimbulkan kembali dendam 24 tahun lalu. Daeng Matita segera melakukan misi penyerangan Sanggar. Daeng Matita bekerja sama dengan Ponto Wanike, Ponto Wanike menyerang pantai Sanggar dan Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di lembah Jambu.
Rencana penyerangan pasukan Sumba ke pasukan Sanggar telah tercium oleh pasukan Sanggar sehingga pasukan Sanggar telah bersiap-siap. Penyerangan itu pasukan yang mati dan luka-luka lebih banyak di pihak Sumba. Dengan gagah berani, Ponto Wanike dapat dibunuh oleh La Hami.
Di sisi lain, dalam perjalanan Daeng Matita di hadang oleh pasukan Sanggar dan peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Sumba kewalahan karena mengharapkan bantuan dari pasukan lain tak kunjung datang sementara pasukan Sanggar mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo, semakin paniklah Daeng Matita. Daeng Matita kabur setelah menebas rusuk Ompu Keli, namun setelah dikerjar oleh pasukan Sanggar Daeng Matita dapat dilumpuhkansedangkan pasukan yang tersisa diampuni dan kembali ke Sumba.
Sultan Komarudin yang sedang bercengkerama dengan permaisuri Cahya Amin dan putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa suatu saat tak ada yang dapat mengantikan posisinya karena ia tak memiliki anak putra. Anak sulungnya telah diculik 24 tahun lalu sedangkan Putri Sari Langkas adalah anak kedua. Akhirnya teringatlah permaisuri akan La Hami karena seumuran dengan putranya yang diculik dan perawakannya mirip Sultan Komarudin. Permaisuri pun teringat bahwa Raja Ahong tidak memiliki anak, kemudian permaisuri mengutus pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar. Beberapa hari kemudian, utusan pun memberi kabar bahwa La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai Sanggar ketika masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda sehelai tilam daun jontal, sehelai selimut buatan Bimadan dokoh emas yang amat permainya. Mendengar kabar dari utusannya, permaisuri amat bahagia dan yakin bahwa La Hami adalah putranya. Permaisuri menyuruh utusannya untuk menjemput La Hami.
Sultan Bima Sultan Komarudin akan datang ke Dompo untuk menjemput putranya La Hami. Perjalanan Sultan Komarudin ke Dompo bersama Raja Ajong, permaisuri Cahya Amin dan Putri Sari Langkas diiringi oleh Putri Nakia dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam perjalanan menuju Sanggar terlihatlah kalau Lalu Jala menyukai Putri Sari Langkas.
Pada suatu hari Sultan Bima bermaksud untuk melamar Putri Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan Amarullah melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima untuk Lalu Jala. Pada hari yang telah ditentukan, dilangsungkan perkawinan empat sejoli ini dengan meriah. Beberapa bulan kemudian La Hami dinobatkan menjadi Sultan Bima dengan gelar Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi Sultan Sanggar dengan gelar Sultan Abdul Jalal.

No comments:

Post a Comment

DEBAT Pengertian Debat : Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih baik itu perorangan ataupum kelompok dalam men...