Novel “Sengsara Membawa Nikmat”
Karya Tulis Sutan Sati
A. Identitas Buku
1.
Judul Buku : Sengsara Membawa Nikmat
2.
Penulis : Tulis Sutan
Sati
3.
Penebit : Balai Pustaka
4.
Tahun Terbit : 1928
5.
Kota Terbit : Jakarta
B.
Sinopsis
Novel
karya Tulis Sutan Sati ini mengisahkan Kacak, seorang pemuda yang selalu
bertingkah angkuh dan sombong, karena Mamaknya adalah seorang Kepala Desa. Maka
baginya wajar bertingkah demikian. Kacak selalu ingin menang sendiri, dia tidak
senang melihat orang lain bahagia melebihi dirinya. Kacak sangat tidak disukai
orang-orang kampung karena sifatnya itu.
Berbeda
dengan Midun, walaupun dia anak orang miskin, dia sangat disukai orang-orang
kampungnya. Sebab, Midun memiliki sifat yang baik, sopan, taat agama, ramah
serta pandai silat. Midun tidak sombong seoerti Kacak. Karena Midun begitu
banyak disukai orang dikmapungnya, Kacak menjadi iri dan sangat benci pada
Midun. Sering sekali Kacak mencari kesempatan untuk mencelakai Midun, namun
tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya,
namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar jika diajak
berkelahi oleh Kacak. Bukan karena Midun takut, tapi karena tidak suka
berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya dengan Haji
Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi atau mencari musuh tapi untuk membela
diri dan mencari teman.
Suatu
hari istri Kacak terjatuh dalam sungai, dia hampir lenyap terbawa arus. Untung
saja waktu itu Midun berada dekat sungai sehingga dengan sigap ia menolong
istri Kacak. Istri Kacak selamat berkat pertolongan dari Midun. Bukannya
mendapat ucapan terimakasih, Kacak justru balik menuduh Midun hendak memperkosa
Istrinya. Air susu dibalas air tuba. Midun menanggapi tantangan Kacak yang
mengajaknya berkelahi, Kacak kalah dan semakin marah. Ia pun melaporkan Midun
pada Tuanku Laras dengan memfitnah Midun telah berbuat serong padanya, Tuanku
Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun pun mendapat hukuman dari Tuanku
Laras untuk bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji dan yang
mengawasi hukuman Midun yaitu Kacak. Kacak selalu menyiksa Midun setiap
harinya, tendangan, pukulan dan cacian tak pernah luput tiap harinya. Namun,
Kacak masih merasa teidak nyaman kalau Midun masih berkeliaran secara bebas di
kampungnya. Kacak pun berniat untuk melenyapkan Midun dengan menyewa beberapa
pembunuh bayaran. Usaha untuk melenyapkan Midun dilaksanakan ketika di
kampungnya itu diadakan suatu perlombaan kuda. Orang-orang sewaan Kacak menyerang
Midun dengan sebilah pisau. Perkelahian pun tak terelakkan hingga akhirnya
datang polisi dan Midun pun ditangkap. Midun dinyatakan bersalah dan wajib
mendekam dalam penjara. Selama dalam penjara Midun diperlakukan dengan
semena-mena hingga akhirnya ia berhasil mengaralahkan para jagoan penjara. Dan
sejak saat itu ia sangat dihormati.
Suatu
hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun melihat wanita cantik
yang tengah duduk sendirian di bawah pohon. Kalung yang dikenakan wanita cantik
itu jatuh dan Midun pun mengembalikannya ke rumah gadis itu. Gadis bernama
Halimah itu pun jatuh hati pada kebaikan Midun. Setelah itu, mereka saling
bertukar pengalaman hidup. Halimah menceritakan kesedihannya yang harus tinggal
bersama Ayah tirinya. Dia sangat ingin pergi dari rumah dan tinggal dengan Ayah
kandungnya di Bogor.
Midun
mengantarkan Halimah untuk berjumpa dengan Ayah kandungnya di Bogor. Ayah
Halimah orang baik dan mengharapkan Midun untuk tinggal bersama mereka. Midun
tinggal bersama keluarga Halimah selama dua bulan hanya makan dan minum saja.
Merasa tidak enak, Midun pun mencari pekerjaan ke Jakarta. Midun berkenalan
dengan saudagar kaya keturunan Arab. Midun pun menerima pinjaman dari Syehk itu
untuk membuka usaha, usaha Midun pun semakin besar.
Melihat
usaha Midun yang makin besar membuat iri Syehk, ia pun menagih utang Midun
dengan jumlah yang berkali-kali lipat dari jumlah awalnya. Midun pun enggan
mengembalikan pinjamannya dengan jumlah yang besar itu. Syehk pun menggunakan
cara lain yaitu utang Midun dianggap lunas jika Midun bersedia menyerahkan
Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Karena gagal syehk mengajukan Midun
ke meja hijau. Midun dinyatakan bersalah dan masuk penjara lagi.
Di
hari ia bebas, Midun berjalan-jalan ke Pasar Baru. sampai di pasar, tiba-tiba
Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi yang menyerang Sinyo
Belanda, Midun pun menyelamatkan Sinyo Belanda itu. Sinyo Belanda sangat
berterimakasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya.
No comments:
Post a Comment