Novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah”
Karya Hamka
A. Identitas Buku
1.
Judul Buku : Di Bawah Lindungan Ka’bah
2.
Penulis : Hamka
3.
Penebit : PT Bulan
Bintang
4.
Tahun Terbit : 1938
5.
Kota Terbit : Jakarta
B.
Sinopsis
Novel
karya Hamka ini mengisahkan seorang pemuda bernama Hamid yang sejak umur empat
tahun telah ditinggal mati Ayahnya. Ayah Hamid dulunya adalah seorang saudagar
kaya, karena itu banyak sanak saudaranya yang datang. Namun, sejak perniagaan
jatuh dan melarat tak ada lagi sanak saudara yang datang. Akhirnya mereka
pindah ke kota Padang dan membuat rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid
meninggal.
Ketika
berumur enam tahun, Hamid meminta kepada ibunya untuk dibuatkan jualan kue-kue
untuk dijajakan setiap pagi. Setiap hari Hamid dipanggil oleh Mak Asiah karena
hendak membeli makanan yang ia jual. Mak Asiah menanyakan perihal orang tua dan
tempat tinggalnya. Setelah hamid menjawab, Mak Asiah meminta agar Ibunya Hamid
datang ke rumah mereka. Sejak kedatangan Ibu Hamid ke rumah Mak Asiah persahabatan
mereka pun terjalin dan keluarga Hamid dianggap sebagai keluarga sendiri oleh
keluarga Mak Asiah.
Hamid
bersekolah atas biaya dari Haji Jakfar di sekolah yang sama dengan Zainab.
Setelah tamat sekolah mereka sama-sama melanjutkan sekolahnya ke Mulo. Setelah
tamat dari Mulo, Hamid dan Zainab berpisah karena Hamid harus melanjutkan
sekolah agama di Padangpanjang sedangkan Zainab menurut adat harus masuk
pingitan. Di sekolah barunya, Hamid bertemu dengan seorang teman bernama Saleh.
Mak
Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau menikah dengan kemenakan
Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi, permintaan
itu ditolak oleh Zainab dengan alasan belum hendak menikah. Penolakan itu
sebenarnya karena Zainab telah jatuh hati pada Hamid. Bagi Hamid sendiri,
sebenarnya ia juga jatuh hati pada Zainab, hanya cintanya itu tidak berterus
terang kepada Zainab.
Hamid
meninggalkan rumah Mak Asiah menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci
Mekkah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta diri menurut
kemana kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab
dalam kesepiannya.
No comments:
Post a Comment