Novel
“Atheis” Karya Achdiat K. Mihardja
A.
Identitas Buku
1. Judul Buku : Atheis
2. Penulis : Achdiat K. Mihardja
3. Penerbit : PT. Balai Pustaka
4. Tahun Terbit : 1949
5. Kota Terbit : Jakarta
B.
Sinopsis
Novel “Atheis” karya
Achdiat K. Mihardja ini mengisahkan Hasan yang hidup ditengah keluarga yang
menganut ajaran tarekat. Setelah ia dewasa, Hasan mengamalkan ajaran tarekat
seperti kedua orang tuanya. Keterlibatan Hasan dalam tarekat tersebut sebagai
tindakan kekecewaannya karena harus kehilangan kekasihnya, yaitu Rukmini.
Suatu hari Hasan
bertemu dengan Rusli, teman kecilnya, di Kantor Jawatan Air. Rusli
memperkenalkan Hasan pada seorang wanita yang bersamaya, yaitu Kartini. Hasan
seolah melihat sosok Rukmini pada Kartini, ia pun jatuh cinta pada mantan
isteri rentenir tua keturunan Arab itu.
Kehidupan Rusli dan
Kartini yang sangat bebas membuat Hasan bertekad menyadarkan mereka. Namun,
Rusli yang berpikir rasional dan tahu banyak mengenai materialisme justru
membuat tekad Hasan menjadi porak-poranda. Niat awal Hasan yang ingin
menasehati Rusli dan Kartini malah membuat Hasan yang banyak di khotbahi Rusli.
Pertemuan dengan anwar dan Bung Parta yang memiliki pemikiran bahwa Tuhan
adalah mereka sendiri semakin melemahkan sendi-sendi keimanan Hasan.
Suatu ketika Hasan
pulang ke kampungnya bersama Anwar. Ayahnya yang melihat perbedaan pada diri
Hasan menasehati Hasan yang malah ditentangnya dengan pemikiran yang diajarkan
teman-temannya. Penentangan kian menjadi saat Hasan bertekad menikahi Kartini,
orang tua Hasan tidak merestui rencananya itu karena orang tua Hasan berniat
menikahkan Hasan dengan suadara angkatnya yaitu Fatimah. Namun, Hasan tetap
nekad menikahi Kartini.
Pernikahan Hasan dan
Kartini tidak membuahkan kebahagiaan seperti yang mereka dambakan. Kartini
meneruskan kebiasaan hidup bebasnya, ia pergi kemanapun tanpa sepengetahuan
suaminya dan dengan siapa saja. Suatu
malam, Hasan menunggu kepulangan istrinya. Kartini pulang bersama Anwar,
mendapati hal itu kecemburuan merasuk ke dalam jiwa Hasan. Hasan pun memukuli
istrinya hingga Kartini pergi dari rumah. Di jalan Kartini bertemu dengan
Anwar, Anwar pun mengajaknya untuk beristirahat di Hotel, karena Anwar berusaha
memperkosanya Kartini pun melarikan diri.
Hasan menyesali perbuatannya selama
ini, ia pun mengutuk teman-temannya yang membawanya menjadi seorang yang
Atheis. Hasan pun berusaha kembali ke jalan hidup semula dengan berpegangan
pada ajaran-ajaran agama. Mendengar Ayahnya yang sakit parah, Hasan pulang
untuk menjenguknya. Ayah Hasan masih sempat mengusir Hasan yang menungguinya,
setelah Hasan keluar dari kamar Ayahnya meninggal dengan tenang. Ketika pulang ke Bandung, Hasan terus
tengiang akan perkataan Ayahnya yang menasehati, mengutuk, memarahi, dan
mengusirnya karena dirinya yang menyimpang dari ajaran agama. Penyakit TBCnya
kambuh dan merasa sudah tidak kuat lagi melakukan perjalanan, Hasan pun berniat
untuk menginap di Hotel. Sampai di tempat penginapan terdekat, Hasan mendapati
daftar tamu yang menginap di Hotel tersebut bernama Anwar dan Kartini. Hasan
semakin yakin kalau Anwar dan Kartini telah berbuat serong padanya. Memuncak
kemarahan Hasan, ia pun keluar pada malam itu untuk membalaskan dendamnya pada
Anwar. Tanpa memikirkan sirine tanda bahaya yang terus berbunyi, Hasan gelap
mata ia terus berlari menerobos gulita. Tiba-tiba “tar...tar...”. Hasan jatuh
tersungkur, paha kirinya tertembus peluru, Hasan berguling-guling di tengah
aspal sambil terus berderu “Allahu Akbar...” hingga akhirnya Hasan
menghembuskan nafas terakhirnya.
No comments:
Post a Comment